AsylumChapter 2
Asylum
Chapter 2
Original story by: Anggara Putra
Alvaro terbangun karna mendengar suara kegaduhan. Begitu juga dengan teman sekamarnya jamil. Lalu tiba2 lewat penjaga keamanan seperti terburu2, "hey apa yang sebenarnya terjadi?" teriak alvaro. "Tahanan blok C lepas, mereka butuh bantuan" kata perugas keamanan. "Haaah! Ini buruk?! Tolong ungsikan kami, kalian sadarkan mereka itu siapa!?" Kata alvaro. "Kalian aman disini. Kami pasti akan mengatasinya" kata petugas keamanan sambil berlalu pergi. "F*ck this!!" Maki alvaro kesal sambil menendang jeruji sellnya.
Suara kegaduhan semakin mendekat ke arah blok B. Suara erangan dan teriakan semakin jelas terdengar. Berbeda dengan blok C, blok B masih menggunakan kunci manual untuk ruang pasiennya. Tidak lama seorang mantri berlari ketakutan lewat sell alvaro, lalu tiba2 sebuah pisau melayang dan menancap ke kepala mantri itu, mantri itu pun jatuh dan kejang2 seperti ayam habis di potong. "Dia pasti si edgar, pembunuh psyco yang ahli menggunakan pisau" batin alvaro. Lalu ia pun melirik kesebelah sellnya. Ia mendengar pintu sell di buka dan terdengar teriakan memilukan. "Itu beberapa kamar dari sini, dia sudah mendapatkan kunci kamar. Gawat". Alvaro langsung masuk kedalam kamar mandi sellnya untuk mengambil pipa besi ledeng sebagai senjata. "Bantu aku jamil, kita harus punya senjata" kata alvaro sambil mencoba merusak pipa air di kamar mandinya, dan breees!!! Air menyiprat ke segala arah. Alvaro sudah mendapatkan pipa besinya. Lalu ia melihat mayat mantri tergeletak di depan sellnya dan mencoba mengambil kunci dengan pipanya. Supaya mayat cepat mendekat. "Sedikit lagi" kata alvaro. Sudah dua kamar sell yang di lalui oleh pembunuh itu, kamar alvaro ada di no 4. "Yes berhasil", alvaro lalu mengambil kunci yang ada di mayat mantri tersebut dan keluar. Ketika dia keluar sell keluar sosok kurus tinggi sambil memegang pisau yang berlumuran darah menatapnya tajam, seakan alvaro adalah buruannya.
Alvaro lalu memberikan kunci itu kepada jamil dan menyuruhnya membebaskan yang lain. Lalu jamil berjalan kedepan alvaro menuju si psyco, "bukaaaan yang disana gilaaa!!!' Kata alvaro sambil memukul jamil dengan pipa. Jamil pun kesakitan memegang kepalanya, "sell yang berada di belakang ku, sampai sana tolong bebaskan jamil" kata alvaro sambil menahan emosi, jamil pun menuruti alvaro dengan buru2 ia melangkah untuk melaksanakan perintah. Si psyco edgar lalu tersenyum sambil memainkan pisaunya, sepertinya dia ahli dalam bidang ini, "kau mau di bedah bagian mana bung" kata edgar sambil tertawa lebar. Alvaro tetap fokus untuk untuk menghadapi si psyco. Edgar berlari menuju alvaro sambil mengacungkan pisau kearah kepala, alvaro mengayunkan pipa ke edgar, namun edgar menunduk menghindar dari ayunan pipa alvaro dan menyabetkan pisau ke lengan kanan alvaro. Alvaro pun teriak dan terjatuh, pipa di tangannya terlepas. Edgar tersenyum melihat alvaro tersungkur, lalu edgar melangkah kearah mayat mantri dan mengambil pisau yang tertancap di kepala mantri. "Dasar lemah, orang sepertimu tidak mungkin bisa menang dariku" kata edgar sambil memainkan kedua pisaunya, dan mendekat kearah alvaro. "Tenang, aku akan membunuhmu secara perlahan2" kata edgar sambil menendang kepala alvaro. Edgar pun mencekik leher alvaro dengan kakinya, "akan kukuliti wajahmu" kata edgar. "Heeey kauuu!!!" Terdengar suara gadis dari ujung lorong sell. Edgar pun berdiri dan menghadap kesumber suara itu. "Lawanmu aku! Bukan pria lemah itu" kata gadis itu menantang. Edgar pun berjalan kearah gadis itu, "gadis manis yang malang, aku akan kupatahkan lengan dan kakimu sebelum aku mencicipi kemaluanmu. Kau salah telah berurusan denganku beb" kata edgar sambil memainkan pisaunya.
Alvaro berusaha terbangun untuk melihat gadis itu, dia pun menyadari dari siluet gadis itu, "itu ambar!!!" Batin alvaro kaget. "Bukan, kau yang salah karna sudah berurusan denganku" kata ambar dingin. "Kita lihat saja" kata edgar sambil berlari kearah ambar. Ambar pun bersiap dengan kedua pisaunya.
To be contunue to chapter 3
Chapter 2
Original story by: Anggara Putra
Alvaro terbangun karna mendengar suara kegaduhan. Begitu juga dengan teman sekamarnya jamil. Lalu tiba2 lewat penjaga keamanan seperti terburu2, "hey apa yang sebenarnya terjadi?" teriak alvaro. "Tahanan blok C lepas, mereka butuh bantuan" kata perugas keamanan. "Haaah! Ini buruk?! Tolong ungsikan kami, kalian sadarkan mereka itu siapa!?" Kata alvaro. "Kalian aman disini. Kami pasti akan mengatasinya" kata petugas keamanan sambil berlalu pergi. "F*ck this!!" Maki alvaro kesal sambil menendang jeruji sellnya.
Suara kegaduhan semakin mendekat ke arah blok B. Suara erangan dan teriakan semakin jelas terdengar. Berbeda dengan blok C, blok B masih menggunakan kunci manual untuk ruang pasiennya. Tidak lama seorang mantri berlari ketakutan lewat sell alvaro, lalu tiba2 sebuah pisau melayang dan menancap ke kepala mantri itu, mantri itu pun jatuh dan kejang2 seperti ayam habis di potong. "Dia pasti si edgar, pembunuh psyco yang ahli menggunakan pisau" batin alvaro. Lalu ia pun melirik kesebelah sellnya. Ia mendengar pintu sell di buka dan terdengar teriakan memilukan. "Itu beberapa kamar dari sini, dia sudah mendapatkan kunci kamar. Gawat". Alvaro langsung masuk kedalam kamar mandi sellnya untuk mengambil pipa besi ledeng sebagai senjata. "Bantu aku jamil, kita harus punya senjata" kata alvaro sambil mencoba merusak pipa air di kamar mandinya, dan breees!!! Air menyiprat ke segala arah. Alvaro sudah mendapatkan pipa besinya. Lalu ia melihat mayat mantri tergeletak di depan sellnya dan mencoba mengambil kunci dengan pipanya. Supaya mayat cepat mendekat. "Sedikit lagi" kata alvaro. Sudah dua kamar sell yang di lalui oleh pembunuh itu, kamar alvaro ada di no 4. "Yes berhasil", alvaro lalu mengambil kunci yang ada di mayat mantri tersebut dan keluar. Ketika dia keluar sell keluar sosok kurus tinggi sambil memegang pisau yang berlumuran darah menatapnya tajam, seakan alvaro adalah buruannya.
Alvaro lalu memberikan kunci itu kepada jamil dan menyuruhnya membebaskan yang lain. Lalu jamil berjalan kedepan alvaro menuju si psyco, "bukaaaan yang disana gilaaa!!!' Kata alvaro sambil memukul jamil dengan pipa. Jamil pun kesakitan memegang kepalanya, "sell yang berada di belakang ku, sampai sana tolong bebaskan jamil" kata alvaro sambil menahan emosi, jamil pun menuruti alvaro dengan buru2 ia melangkah untuk melaksanakan perintah. Si psyco edgar lalu tersenyum sambil memainkan pisaunya, sepertinya dia ahli dalam bidang ini, "kau mau di bedah bagian mana bung" kata edgar sambil tertawa lebar. Alvaro tetap fokus untuk untuk menghadapi si psyco. Edgar berlari menuju alvaro sambil mengacungkan pisau kearah kepala, alvaro mengayunkan pipa ke edgar, namun edgar menunduk menghindar dari ayunan pipa alvaro dan menyabetkan pisau ke lengan kanan alvaro. Alvaro pun teriak dan terjatuh, pipa di tangannya terlepas. Edgar tersenyum melihat alvaro tersungkur, lalu edgar melangkah kearah mayat mantri dan mengambil pisau yang tertancap di kepala mantri. "Dasar lemah, orang sepertimu tidak mungkin bisa menang dariku" kata edgar sambil memainkan kedua pisaunya, dan mendekat kearah alvaro. "Tenang, aku akan membunuhmu secara perlahan2" kata edgar sambil menendang kepala alvaro. Edgar pun mencekik leher alvaro dengan kakinya, "akan kukuliti wajahmu" kata edgar. "Heeey kauuu!!!" Terdengar suara gadis dari ujung lorong sell. Edgar pun berdiri dan menghadap kesumber suara itu. "Lawanmu aku! Bukan pria lemah itu" kata gadis itu menantang. Edgar pun berjalan kearah gadis itu, "gadis manis yang malang, aku akan kupatahkan lengan dan kakimu sebelum aku mencicipi kemaluanmu. Kau salah telah berurusan denganku beb" kata edgar sambil memainkan pisaunya.
Alvaro berusaha terbangun untuk melihat gadis itu, dia pun menyadari dari siluet gadis itu, "itu ambar!!!" Batin alvaro kaget. "Bukan, kau yang salah karna sudah berurusan denganku" kata ambar dingin. "Kita lihat saja" kata edgar sambil berlari kearah ambar. Ambar pun bersiap dengan kedua pisaunya.
To be contunue to chapter 3
Comments
Post a Comment