Asylum Chapter 3 (ending)
Ambar lalu melempar sebuah pisau kearah edgar. Edgar mampu menepis lemparan pisau itu, lalu ambar berlari kearah edgar. "Nekat bangeet ni cewe!" Batin alvaro. Dan mereka pun beradu saling melewati sambil terdengar suara gemerising pisau. Ambar lalu terjatuh bersimpuh sambil tersenyum. "Gadis sialan!" Kata edgar terjatuh tersungkur. Ambar pun berdiri dan berkata "aku kan sudah bilang, kau yang salah karna sudah berurusan denganku". Alvaro kaget dengan apa yang dia lihat, seakan tidak percaya. Lalu ambar berjalan kearah alvaro yang masih terduduk diam, alvaro cuma diam melihat ambar berjalan kearahnya sambil memegang pisau yang meneteskan darah. "Heey bangun, memangnya aku mau membunuhmu apa!" Bentak ambar, "iya ini aku sedang berusaha bangun" kata alvaro. "Tanganmu tidak apa2kan?" Tanya ambar, "tidak, jangan khawatirkan aku" kata alvaro. "Apa? kalo tidak ada aku mungkin kau sudah di neraka, tau!!!" Kata ambar. "Iya, makasih. Harusnya kau mengerti, aku cuma tidak mau terlihat lemah". Kata alvaro, "sayangnya aku tidak mengerti" kata ambar sambil berlalu. "Heey tunggu, kau mau kemana?" Kata alvaro mengejar ambar. "Ya keluar dari sini, disini sangat berbahaya" kata ambar.
Alvaro dan ambar berjalan di koridor blok B. Banyak darah dan mayat pasien, mantri maupun petugas keamanan tergeletak sudah tidak utuh lagi. "Seperti berjalan di rumah penjagalan" kata alvaro. Alvaro dan ambar terus berjalan di koridor menuju blok A, karna disana tempat kantor dan ruang dokter maupun suster berada. Di perempatan koridor alvaro dan ambar melihat ke kiri koridor salah satu psyco sedang melakukan aksinya. Dia mengangkat tubuh pasien yang tak berdaya lalu menusuk leher korban dilanjutkan membelah sampai kedada truz sampai selangkangan korban dan melemparnya begitu saja. Dia pun melihat kearah mereka berdua. "Sepertinya buruk!?" Kata alvaro."Tidak, ini menyenangkan" jawab ambar. "Dasar gila" balas alvaro. "Kalo gw waras ya tidak disini pe'a" kata ambar sambil menghampiri si psyco yang memegang golok besar. Alvaro hanya pasrah melihat tingkah ambar.
Psyco itu mengayunkan goloknya kearah ambar, ambar mampu menghindar dan langsung menusukan pisaunya ke perut psyco. Lalu merobek perut itu, psyco itu berteriak kesakitan sambil memegang perutnya yang mengeluarkan banyak darah. "Last attacking" kata ambar sambil menyabet pisau keleher psyco. Psyco itu langsung roboh tak berdaya. Alvaro terdiam melihat kejadian itu, "siapa dia? Dingin sekali, tanpa rasa takut. Benar2 seperti 'monster". Batin alvaro bertanya. Ambar lalu tersenyum kearah alvaro dengan bangga. "Ayo kita pergi" kata ambar enteng.
Mereka sudah tiba di gerbang blok A, keadan gerbang sudah rusak, besi2 gerbang tampak berserakan. "Sepertinya sudah ada yang duluan?" Kata ambar bertanya. "Iya. Seperti ada yang memotong dengan gergaji mesin" jawab alvaro. "Mereka dapat perlengkapan dari mana? Memangnya pihak rumah sakit menyediakan apa?" Tanya ambar kembali. "Di ujung taman, dekat blok C kan ada tempat menyimpan alat perkebunan. Mungkin mereka mencurinya" jawab alvaro. "Bukan mencurinya, tapi menemukannya pe'a" jawab ambar. "Tidak bisa kah kau memanggilku lebih sopan dikit nyonya?" Balas alvaro. "Ok, ayo idiot kita masuk kedalam" jawab ambar. Alvaro hanya bisa diam melihat tingkah semena2 ambar. Baru beberapa langkah mereka memasuki gerbang, tiba2 terdengar suara orang menyeret palu dari belakang mereka. Mereka pun menengok kebelakang. "Itu bob the sledhammer!!!" Kata leon kaget. Tak jauh dari mereka muncul sosok tinggi gempal sambil menyeret sebuah palu godam, sosok itu seperti tertawa senang melihat mereka berdua. "Apa kau berniat melawannya nona jenius?" Kata alvaro. "Makasih tuan idiot. Gw gila tapi gak bodoh". "Truz sekarang kita harus apa nona jenius?" Kata alvaro bertanya. "Aku punya jurus mustika" jawab ambar. "Mustika apa?". Balas alvaro heran. "Musti kaboooouuuur!!!" jawab ambar sambil berlari meninggalkan alvaro. "Tunggu bodooh!!!" Kata alvaro sambil mengejar ambar. Melihat mereka lari berdua, sosok gempal itu malah tertawa dan mengejar dengan santai sambil mengangkat palu itu ke pundaknya. Mereka berdua telah sampai di gedung blok A, gedung itu telah hancur berantakan, seperti ada yang mengamuk. "Kita harus cepat ke parkiran luar dan keluar dari tempat terkutuk ini selamanya" kata alvaro. Baru akan memasuki lobby, tepat di perempatan koridor blok A mereka di hadang oleh sosok tinggi besar sambil memegang gergaji mesin. "Oo shit!!!" Kata alvaro. "Crash the chainsaw!!!" balas ambar. Baru mereka mundur kebelakang untuk menghindar, tiba2 di belakang mereka muncul sledhammer dengan menenteng palunya. "Lewat sini!" Kata alvaro sambil memegang tangan ambar menuju koridor kanan, koridor itu menuju ruang makan. Di belakang mereka berdua, kedua psyco 'hebat' itu malah saling bertarung. "Bagus mereka berkelahi" kata ambar. "Jangan senang dulu. Kita jadi 'trofy'nya untuk yang menang di pertarung itu" balas alvaro. Mereka sudah sampai ruang makan, mereka mencari tempat untuk kabur melalui jendela. Baru saja mereka menyingkap hordeng jendela mereka tampak kecewa. "Jendela ini di teralis" kata alvaro putus asa.
"Alvaro? Ambar? Apa itu kalian??? Tiba2 muncul sosok yang keluar dari kolong meja makan, "susteer annnaa" kata alvaro dan ambar berbarengan. Alvaro dan ambar saling menatap jengkel, "huuh" kata mereka sambil buang muka berbarengan. Suster ana tertawa melihat kejadian itu, "kalian tidak apa2? Aku sangat takut, makanya aku bersembunyi disini" kata suster anna menjelaskan. "Kami ingin keluar dari sini. Apakah suster tau jalan keluar dari sini tanpa melewati lobby?" Tanya alvaro. "Iya aku tau, lewat dapur. Kebetulan aku memegang kuncinya" jawab suster ana. "Bagus, ayo kita keluar" kata alvaro bersemangat. Mereka pun menuju dapur,pintu dapur ini menembus parkiran depan. Mereka pun berjalan di parkiran menuju pintu gerbang untuk keluar dari tempat ini. "Pintu gerbangnya di buka dengan sistem mekanik, kalo listrik mati maka pintu tidak dapat di buka" kata suster ana menjelaskan. "Tidak apa2, kita disini sambil menunggu bantuan saja, daripada di dalam" kata alvaro enteng. Mereka sudah tiba di gerbang, disamping gerbang ada post penjaga yang sudah kosong. Post itu untuk pemeriksaan dan buka tutup gerbang. Di gerbang terdapat tulisan larangan mendekat. Karna gerbang kawat itu di aliri listrik, kalo tidak mati lampu. "Kalo tidak ada kawat di atasnya, aku bisa memanjatnya" kata alvaro. Praaaaank!!!! Tiba2 dari arah loby gedung keluar sosok sledhammer terhempas keluar. Lalu muncul sosok crash, melihat lawannya tak berdaya crash tersenyum senang. Lalu dia menghidupkan gergaji mesinnya, lalu dia membelah dada bob the sledhammer sampai perut. Darah bercipratan kemana2, tubuh crash di penuhi darah bob. Suster ana langsung shock melihat kejadian itu, "tenang suster, aku akan mengurus ini" kata alvaro sambil berjalan menuju crash. "Yeeee, sok jagoan banget lo" kata ambar sinis. Alvaro hanya tersenyum melihat ambar dan terus berjalan. Alvaro pun bersiap menghadapi crash dengan pipa besinya. "Gergaji mesin itu berat, aku akan mudah melihat arah serangannya" batin alvaro menganalisa.
Crash langsung mengayunkan gergaji mesin itu untuk membelah alvaro, alvaro lalu menghindar kesamping dan memukul tangan crash yang memegang gergaji itu. Crash kesakitan dan gergaji itu terlepas dari tangannya, lalu alvaro mengayunkan pipa itu dari bawah keatas untuk memukul kepala crash yang tengah menunduk. Ayunan pukulan alvaro sangat keras, crash terhempas kebelakang karna pukulan itu. Melihat crash tersungkur tak berdaya, alvaro tidak percaya apa barusan dia perbuat. Lalu ia membuang pipa besinya karna menganggap sudah tidak berguna lagi. Lalu ia berjalan menuju kerah suster ana dan ambar berada, "awaas alvaroo!!!" Tiba2 suster ana berteriak. Crash terbangun lagi, alvaro lalu bersiap menghadapinya. Kreees! Sebuah pisau menancap di dahi crash, lalu crash benar2 roboh untuk yang kedua kalinya. Alvaro lalu melihat ambar, ambar hanya tersenyum bangga. "Kenapa kau tidak melakukannya dari tadi, jeniiuss???" kata alvaro, "bukannya kau yang ingin menghadapinya, idioot" balas ambar. "Kalo kau bisa melakukannya kenapa harus menunggu aku, pinteer" jawab alvaro. "Lo nye aje yang pe'a, kenapa musti gw!" Balas ambar.
"Kalian sangat cocok sekali ya" potong suster ana sambil tertawa. "Apaaa?!" kata mereka berdua, "tuuh kan bener" tambah suster ana. Tidak lama suara sirine polisi terdengar. Bantuan sudah datang, karna jarak rumah sakit diatas bukit dan cuaca sedang buruk maka bantuan datang terlambat.
Epilog 3 bulan kemudian alvaro dan ambar di vonis sembuh, ya karna faktor rekomendasi suster ana makanya mereka bisa bebas. Dan 3 bulan kemudian mereka berdua menikah. Suasana pagi di kediaman alvaro. Alvaro sudah memanaskan mobilnya, dia pun membuka gerbang garasinya. Lalu lewat dina, anak tetangga hendak bersekolah. "Pagi dina" sapa alvaro, "pagi juga om" bales dina. "Om anterin gak?" Alvaro menawarkan. "Makasih om, deket kok" bales dina. "Ok" jawab alvaro sambil tersenyum. Lalu bocah SD kelas 5 itu lewat, alvaro memperhatikan bokong bocah itu sambil berhayal yang bukan2. "Sepertinya mama mau masak sop 'burung' dara yah?" Tiba2 ambar ada di belakang alvaro sambil memegang pisau, "nggak, nggak mau masak sop burung" kata alvaro sambil berlari, "hey!!! Mau kemana kau?! Sini gak" kata ambar sambil mengejar alvaro. "Ampuuuun ma, toolooong" teriak alvaro sambil berlari.
End
Comments
Post a Comment